Selasa, Juni 17, 2025

Cegah Penyebaran PMK dan PHMS, Ini Yang Dilakukan Disnakkeswan Tulungagung

Tulungagung,Intensinews.com – Guna memutus rantai penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) lainnya, Pemerintah Kabupaten Tulungagung menutup sementara operasional Pasar Hewan Sapi dan Kambing di Kabupaten Tulungagung.

Kebijakan penutupan pasar hewan tersebut tertuang dalam surat edaran Nomor : 500.7.2.4/0029/34.03/2025, tentang menutup sementara operasional Pasar Hewan Sapi dan Kambing di Kabupaten Tulungagung, yang ditandatangani Plh. Bupati Tulungagung, Tri Hariadi, tertanggal 7 Januari 2025, yang diberlakukan selama 16 (enam belas) hari, terhitung mulai tanggal 10 Januari s/d 25 Januari 2025.

Dalam surat edaran tersebut diterangkan bahwa, berdasarkan perkembangan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Timur, dan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor. B- 03/PK.320/M/01/2025 perihal Kewaspadaan Dini Peningkatan Kasus Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS), bahwa telah terjadi peningkatan kejadian PMK di beberapa daerah pada Minggu ke-3 dan ke-4 bulan Desember 2024 sebagai dampak perubahan cuaca ekstrem, sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan tindakan meminimalisir potensi meluasnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Tulungagung.

Baca Juga  Kekeringan Makin Meluas, BPBD Tulungagung Salurkan Bantuan Air Bersih ke Desa Mulyosari

Berkaitan dengan maksud tersebut, Kepala Disnakkeswan Kabupaten Tulungagung, Mulyanto menjelaskan bahwa, langkah – langkah strategis tersebut dilakukan dalam upaya mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang akhir – akhir ini kembali merebak, diantaranya dengan melakukan monitoring PMK di lapangan melalui petugas Puskeswan yang ada di wilayah Kabupaten Tulungagung.

“Di Tulungagung ini ada 7 Puskeswan, jadi bagi masyarakat khususnya para peternak Sapi maupun kambing bisa memanfaatkannya dan menghubungi petugas kami yang ada di Puskeswan terdekat jika ada permasalahan hewan ternaknya,” ucapnya saat dikonfirmasi awak media di kantornya, Rabu (08/01/2024).

Pihaknya juga menghimbau kepada masyarakat untuk mengisolasi hewan ternaknya yang sakit yakni dengan memisahkan hewan ternak yang sehat guna mencegah terjadinya penularan dan setelah itu bisa langsung menghubungi petugas Puskeswan yang terdekat untuk segera dilakukan pengobatan terhadap hewan ternak yang sakit.

Baca Juga  Pengendalian dan Pencegahan PMK, Ini Yang Dilakukan Disnakkeswan Tulungagung

“Kemudian juga dengan membatasi lalu lintas orang yang tidak berkepentingan dengan ternak tersebut, terutama orang – orang luar yang pernah dari kandang lain yang ternaknya barangkali sakit masuk ke kandang hewan yang sehat. Karena kemungkinan orang lain tersebut bisa menjadikan penularan penyakit ke hewan ternak yang sehat,” ujarnya.

Namun demikian bagi masyarakat yang akan membeli hewan ternak kepada penjual secara langsung pihaknya juga tetap menghimbau agar melakukan screening terlebih dahulu terhadap hewan ternak tersebut.

“Sebelum membeli harus lebih selektif, karena kita tidak tahu hewan sapi maupun kambing tersebut benar benar sehat apa tidaknya, terlebih lagi kalau itu berasal dari luar daerah, maka jika dibilang secara teori kan juga harus ada surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari dokter hewan setempat sana,” tuturnya.

Baca Juga  Disnakkeswan Tulungagung Lakukan Penyemprotan Disinfektan di Pasar Hewan Terpadu

Dalam kesempatan tersebut, Kabid Kesehatan Hewan, drh. Tutus Sumaryani menambahkan, untuk kondisi di Tulungagung saat ini masih terkendali dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur.

Menurutnya, kesadaran peternak dalam hal menjaga kebersihan kandang, melaporkan kasus lebih cepat dan upaya vaksinasi masal turut membantu menekan penyebaran PMK.

“Lalulintas ternak antar wilayah melalui pasar hewan menjadi salah satu tantangan utama dalam pencegahan penularan. Karena sapi yang terjangkit PMK sebagian besar bukan berasal dari Tulungagung melainkan dari luar daerah,” terangnya.

Dikatakannya, kasus PMK kembali ditemukan di Tulungagung sejak akhir November 2024 lalu dengan jumlah ternak yang terjangkit sebanyak 60 hingga 70 ekor sapi, yang mana hal tersebut disebabkan kelembaban udara yang tinggi sehingga memicu aktivitas virus dan bakteri.

“Dengan adanya langkah proaktif dan dukungan peternak, maka kami optimis kesehatan dan produktivitas ternak di wilayah Tulungagung akan tetap terjaga,” pungkasnya. (Agus)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Berita Terbaru