Beranda Sejarah

Misteri Akhir Riwayat Gajah Mada, Mati Atau Moksa?

INTENSINEWS.COM – Menelusuri jejak sejarah kejayaan Majapahit tidaklah lengkap jika tidak membahas Maha Patih Gajah Mada, sosok paling berpengaruh dalam perjalanan panjang Kerajaan Majapahit menuju puncak kejayaannya.

Gajah Mada dikenal sebagai sosok patih perkasa yang setia kepada pemangku takhta Majapahit untuk terus menjaga keutuhan dan melebarkan pengaruh kerajaan. Salah satu peranan Gajah Mada pada masa kejayaan Majapahit adalah usaha menyatukan wilayah Nusantara, seperti yang diucapkannya dalam Sumpah Palapa.

Meski perannya di Kerajaan Majapahit begitu melegenda, akhir riwayat Gajah Mada hingga kini masih menjadi misteri. Berikut ada berbagai versi, sumber yang mencoba menjelaskan cerita akhir hidup Gajah Mada.

Versi Cerita Rakyat Jawa Timur

Maha Patih Gajah Mada di ceritakan mengundurkan diri setelah Peristiwa Bubat dan memilih hidup sebagai pertapa di Madakaripura, daerah pedalaman Probolinggo selatan, wilayah kaki pegunungan Bromo-Semeru.

Di wilayah Probolinggo ini memang terdapat air terjun bernama Madakaripura yang airnya jatuh dari tebing yang tinggi. Di balik air terjun yang mengguyur bak tirai itu terdapat deretan ceruk dan satu goa yang cukup menjorok dalam dan dipercaya dulu Gajah Mada menjadi pertapa dengan menarik diri dari dunia ramai sebagai wanaprastha (menyepi tinggal di hutan) hingga akhir hayatnya.

Versi Kidung Sunda

Baca Juga  Mpu Gandring dan Legenda Kutukannya

Dalam versi ini dikisahkan ketika Raja Suṇḍa bersama rombongan datang ke Majapahit untuk menikahkan putrinya dengan Prabu Hayam Wuruk, Gajah Mada memaksa agar putri Suṇḍa diserahkan sebagai wanita persembahan, namun Raja Sunda menolak. Pertempuran pun tak dapat di elakkan dan mengakibatkan Raja Suṇḍa gugur di lapangan Bubat.

Mengetahui ayahandanya tewas, Putri Dyah Pitaloka melakukan “bela pati” menikam diri sendiri. Mengetahui hal itu, Prabu Hayam Wuruk sangat berduka karena calon istrinya tewas, Ia pun jatuh sakit dan meninggal karena derita cinta. Gajah Mada disalahkan sebagai penyebab kematian Hayam Wuruk, lalu kediamannya dikepung pasukan Majapahit. Gajah Mada bersemedi di halaman Kepatihan kemudian Moksa (lenyap raganya), naik ke kahyangan.

Versi Pararaton

Kisah pertempuran Bubat juga dikisahkan dalam versi ini, tetapi Gajah Mada tidak bertindak sendiri. Dia lebih dulu melapor kepada Ibu Ratu Tribhuwana Tungga Dewi, ibu Hayam Wuruk. Setelah memperoleh restu dan juga dukungan dari Bhre Wĕngkĕr, baru Gajah Mada bertindak menghadapi rombongan kerajaan Suṇḍa yang menolak menyerahkan sang putri sebagai wanita persembahan.

Setelah peristiwa Bubat berakhir, Hayam Wuruk menikah dengan putri Bhre Wĕngkĕr yang berjuluk Padukaśori. Adapun Gajah Mada “Amukti Palapa”, pensiun, menikmati kesenangan dan istirahat. Menurut Pararaton peristiwa Bubat terjadi pada 1357, sedangkan Gajah Mada meninggal pada 1368, dan Hayam Wuruk meninggal pada 1389.

Baca Juga  Harta Karun Majapahit: Antara Legenda dan Kenyataan

Kematian Gajah Mada dalam Pararaton hanya disebut dalam satu kalimat, yaitu : “Sang apatih gajah mada atĕlasan i śaka gagana-muka-matendu, 1290”.

Versi Nagarakrtagama

Menurut versi ini, di ceritakan Gajah Mada jatuh sakit pada 1363, sewaktu Śrī Hayam Wuruk berziarah ke Candi Simping. Kutipan kalimatnya sebagai berikut :

“tryanginina śaka pūrwa rasika n pamangkwakĕn i sabwat sabhuwana,

pĕjah irikā śakābdha rasatanwināśa naranātha mār salahaśa,”

Terjemahan :

Tahun Śaka “tri-angin-ina” beliau memegang urusan senegara. Meninggal pada Śaka “rasa-tanu-ina”, sedih perasaan Raja (Hayam Wuruk), putus asa.

Versi mana yang benar? Wallahu’alam. Namun jika ditelisik versi mana yang mendekati kebenaran, sepertinya Nāgarakṛtāgama. Karena ditulis pada 1365, hanya selisih satu tahun dengan peristiwa wafatnya Gajah Mada. Sedangkan Pararaton ditulis setelah Majapahit runtuh. Adapun Kidung Suṇḍa ditulis pada 1878, sehingga isinya lebih banyak bersifat mitologi daripada histori.

Selain itu, Mpu Prapañca yang menulis Nāgarakṛtāgama pernah menjadi pejabat agama Buddha di Kerajaan Majapahit. Sesama pejabat, pasti kenal dengan Gajah Mada. Dengan demikian, berita yang ia tulis bahwa Gajah Mada meninggal pada 1286 Saka (1364) paling sahih dibanding dengan versi yang lainnya.

Pewarta : Suparno

Dikutip dari berbagai sumber

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini