INTENSINEWS.COM,Tulungagung -Ngonthel Sareng dalam rangka memperingati Hadeging Pardikan Tawangsari ke 276, diikuti ribuan pecinta gowes (pesepeda) lokal dari berbagai komunitas gowes sepeda Turonggo dari dalam maupun luar daerah kabupaten Tulungagung, dengan start di depan gapuro Tawangsari dan finish di lapangan sentono Desa Tawangsari, Minggu (4/6/2023) pagi.
Panitia penyelenggara sekaligus salah satu tokoh di desa setempat, Makrus Manan, mengatakan, kegiatan NGONTHEL SARENG yang dihadiri Bupati Tulungagung merupakan rangkaian acara dalam memperingati Hadeging Pardikan Tawangsari ke 276.
Menurutnya, kegiatan gowes khususnya pecinta sepeda Turonggo ini kebetulan sudah lama tidak diadakan seperti saat ini karena tahun lalu terkendala adanya pandemi covid 19, sehingga baru kali ini khususnya pecinta sepeda Turonggo mengadakan kegiatan Ngonthel Sareng.

“Jadi hari ini merupakan rangkaian awal kegiatan Hadeging desa Tawangsari ke 276. Alhamdulillah kegiatan bisa berjalan sukses dengan jumlah peserta kurang lebih sekitar 1500 orang, dan kebetulan Pak Bupati bisa hadir bersama Pak Wakil Bupati,” terangnya.
Peserta gowes khususnya pecinta sepeda Turonggo tidak hanya diikuti oleh peserta dari Tulungagung saja namun dari luar daerah seperti, Sidoarjo, Tuban, Gresik serta dari Kediri yang tergabung dalam paguyuban Komunitas Onthel Indonesia (COSTI).
Panitia juga menyediakan puluhan hadiah dorprize, serta hadiah berupa 3 ekor kambing dan 8 sepeda, ada sepeda Turonggo, BMX, MTB, SELLI dan puluhan door price lainnya.
“Dan tadi juga dibantu hadiah dari pak bupati berupa 1 ekor kambing dan 1 sepeda MTB,” kata Pria yang saat ini menjabat Kabag Kesra Pemkab Tulungagung.
Makrus menyebut, puncak acara Hadeging Pardikan Tawangsari ke 276, direncanakan pada bulan Agustus 2023 mendatang, dengan mengadakan pawai ta’aruf serta pameran produk produk unggulan desa maupun kegiatan lainnya.
Menariknya, semua peserta telah disediakan juga oleh panitia berupa menu sarapan yang merupakan makanan khas Desa Tawangsari yaitu nasi dengan sayur loncom sekaligus untuk mengenalkan kepada masyarakat dan khususnya pecinta sepeda Turonggo.
“Memang di daerah lain tidak ada makanan nasi loncom. Dan di kabupaten Tulungagung yang ada makanan nasi loncom hanya di dua desa ini, Tawangsari dan Mangunsari,” ujarnya.
Perdikan Tawangsari yang saat ini dikenal dengan nama Desa Tawangsari yang berada di wilayah Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, menurut Makrus, dulunya pada masa penjajahan Belanda diberi keistimewaan khusus oleh keraton Ngayogyakarta.
“Jadi Desa Tawangsari itu memang ada trah keturunannya dari Ngayogyakarta,” ungkapnya.
Dengan keistimewaan khusus yang dimiliki Desa Tawangsari, adanya tokoh tersohor yaitu KH Abu Mansyur yang merupakan tokoh penyiar agama Islam pertama di Tulungagung, keturunan keraton Ngayogyakarta yang dimakamkan di situ, serta adanya masjid yang cukup tua yang awal didirikannya merupakan masjid pertama di Tulungagung yakni masjid Jami’ Tawangsari, maka pihaknya bersama Pemdes dan masyarakat setempat akan mengembangkan lagi dan menata desa Tawangsari menjadi desa wisata religi.
“Sehingga bisa membawa dampak lebih baik di sektor perekonomian masyarakat dan mampu membangkitkan ekonomi masyarakat khususnya Desa Tawangsari dan sekitarnya,” pungkasnya. (gus)