TULUNGAGUNG, INTENSINEWS.COM – Pemerintah Kabupaten Tulungagung kembali menggelar ritual jamasan pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas di Pendopo Kanjengan, Kepatihan. Jumat (11/07/2025) pasaran legi di bulan Suro sesuai penanggalan Jawa.
Tradisi tahunan ini merupakan penyucian simbolik tombak pusaka peninggalan Ki Ageng Mangir, yang diyakini sebagai bagian penting dari sejarah berdirinya Kabupaten Tulungagung.
Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo, dalam sambutannya menyebut bahwa jamasan pusaka tidak hanya bertujuan membersihkan fisik tombak dari karat, tetapi juga mempunyai makna spiritual dan pelestarian budaya. Menjadi manifestasi rasa syukur dan harapan agar masyarakat Tulungagung senantiasa terhindar dari marabahaya.
“Tradisi ini adalah bentuk syukur dan ikhtiar spiritual agar Tulungagung tetap tentram dan Pemerintahan berjalan lancar tanpa ada kendala,” ujar Bupati Gatut Sunu.
Ia menambahkan, sejak 2019, ritual jamasan tombak Kyai Upas telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh pemerintah pusat, sehingga pelestariannya menjadi tanggung jawab bersama, terutama pemerintah daerah.
Melalui kegiatan tersebut, pihaknya berharap agar ritual seperti ini tetap bisa digelar tiap tahunnya sebagai bentuk pelestarian terhadap tradisi yang sudah ada.
“Semoga kedepannya kegiatan seperti ini bisa berlangsung dengan lebih baik. Dan ini merupakan tanggung jawab pemerintah untuk melestarikan tradisi jamasan tombak kyai upas, terlebih tombak ini merupakan pusaka Kabupaten Tulungagung,” ucapnya.
“Dan semoga kegiatan ini bisa membawa keberkahan bagi kita semua,” tandas Gatut Sunu.
Prosesi jamasan dipimpin oleh Ki Winarto, juru jamas yang menjelaskan bahwa tombak Kyai Upas merupakan pusaka milik Ki Ageng Mangir, menantu Raja Mataram. Tombak tersebut kini menjadi simbol kekerabatan historis dan spiritual masyarakat Tulungagung dengan leluhur.
Dalam prosesi jamasan digunakan sembilan jenis air dari mata air alam dan tanaman sakral, di antaranya: Air Sirah, Tengah, Buntut. Air yang diambil dari Tempuran Kali dan Gotehan Tebu, Air Kelapa, Deresan Pohon Pisang Raja, Deresan Randu dicampur dengan Kembang Tujuh Rupa.
“Air sembilan sumber ini adalah perlambang keseimbangan, dan penyatuan unsur alam dalam ritual penyucian batin,” ujar Ki Winarto.
Tradisi jamasan tahun ini dihadiri oleh Wakil Bupati Ahmad Baharudin, Sekdakab Tri Hariadi, Ketua DPRD Marsono, Kapolres AKBP Muhammad Taat Resdi, Dandim 0807 Letkol Kav. Muhammad Nashir, Kepala Kejari Tulungagung Tri Sutrisno, serta jajaran OPD dan camat se-Kabupaten Tulungagung.
Pemkab Tulungagung melalui dukungan Kementerian Pariwisata dan alokasi APBD menyelenggarakan ritual dengan khidmat dan lancar, sebagai bagian dari agenda kebudayaan tahunan Kabupaten Tulungagung. (Parno)