Tulungagung,Intensinews.com – Batik Bumi Ngrowo yang telah dilaunching Pj. Bupati Tulungagung, Dr. Ir. Heru Suseno, MT., dalam acara Ekrafaganza Exotica Tulungagung Carnival di halaman Pemkab Tulungagung, pada Sabtu 21/09/2024, dan telah ditetapkan sebagai pakaian dinas ASN di setiap hari Kamis pada Minggu pertama setiap bulannya, merupakan salah satu hasil fasilitasi pendaftaran Hak Cipta Seni yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tulungagung melalui BRIDA (Badan Riset dan Inovasi Daerah) dalam rangka melindungi karya Kabupaten Tulungagung agar tetap terjaga, lestari, dan berkelanjutan.
Hal tersebut tertuang dalam Surat Pencatatan Hak Cipta nomor EC00202460293 tertanggsl 4 Juli 2024 sesuai pasal 72 undang undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Ijin Produksi/Distribusi oleh Asosiasi Batik dan Wastra Tulungagung/Dekranasda Tulungagung.
Batik Bumi Ngrowo sebagai batik icon Tulungagung telah dijadikan pakaian dinas ASN di Pemkab Tulungagung, yang diharapkan dapat dikenal oleh masyarakat luas utamanya masyarakat Tulungagung sendiri dengan turut melestarikannya, sehingga Batik Bumi Ngrowo semakin digemari, khususnya masyarakat Tulungagung dan pecinta batik umumnya
Demikian disampaikan Plt. Kepala BRIDA Kabupaten Tulungagung, Dr. Slamet Sunarto, M. Si., saat diwawancarai sejumlah awakmedia di ruang kerjanya. Kamis, (10/10/2024).

“Jadi dari Pemerintah Kabupaten Tulungagung, khususnya dari BRIDA diberi tugas tambahan oleh pak Pj. Bupati untuk memfasilitasi apa yang menjadi pemikiran teman teman dari pelaku Wastra dan Batik itu dalam bentuk menyodorkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI),” ucapnya.
Dikatakannya, Hak Atas Kekayaan Intelektual tersebut sudah diproses dan telah terbit dan dipegang oleh ketua Asosiasi Batik dan Wastra Tulungagung.
“Jadi pada prinsipnya Pemerintah Kabupaten Tulungagung ini mensupport kegiatan kegiatan yang dapat meningkatkan atau menumbuhkembangkan ekonomi khususnya di usaha mikro, sehingga apa yang menjadi ide atau gagasan teman teman Batik dan Wastra itu dapat kita support, dan ini perkebanganya sudah luar biasa,” terang Slamet
“Kami menanti-wanti, karena sudah di HAKI untuk pemasarannya agar lebih berhati hati dan benar-benar selektif,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Asosiasi Batik dan Wastra Tulungagung, Prayogi S. Gama Wijaya, mengungkapkan bahwa, motif Batik Lurik Bhumi Ngrowo, mengambil inspirasi dari wilayah Tulungagung yang dahulu kala berupa rawa-rawa, yang mana dalam motif luriknya tersebut nampak berupa banyu mili (air mengalir) berjumlah jajar 9 lekukan, yang melambangkan aliran air yang terus mengalir menghadirkan kebaruan dan kejernihan.
“Sembilan merupakan angka terakhir yang menyimbolkan penyelesaian, dan memiliki nilai tertinggi, juga mewakili puncak pengalaman dan kebijaksanaan,” ungkapnya.
Selain itu lanjut Yogi, Jajar 9 alur garis motif juga menyimbolkan banyaknya Desa (Thani) yang mendapat penghargaan sima (pardikan/keistimewaan) oleh Raja Kertajaya yang tertulis dalam Prasasti Lawadan.
“Jadi, Raja Daha terakhir tersebut membuat Prasasti Lawadan pada tanggal 18 November 1205 Masehi, dimana tanggal itu sejak tahun 2002 ditetapkan sebagai Penanda Hari Jadi Kabupaten Tulungagung,” terang Yogi.
“Kemudian secara garis besar batik ini menceritakan sejarah tentang Tulungagung, dengan cara mengingat kembali bahwa kita memiliki Prasasti Lawadan dan histori Daerah Ngrowo, sehingga lahirlah Motif Batik Lurik Bhumi Ngrowo,” tambahnya.
Pengusaha muda Batik Satrio Manah ini juga memaparkan bahwa, Pakaian khas Batik Bumi Nggowo tersebut merupakan pakaian yang mengekspresikan identitas masyarakat Tulungagung, yang mana pakaian tersebut memakai bentuk khas tradisional jawa dengan memadukan dua warna yaitu Hitam dan Coklat Keemasan yang menurutnya, dalam budaya Jawa warna hitam mempunyai arti keberanian, kebijaksanaan, dan kesetaraan.
“Maka dari itu, warna hitam sering kali muncul dan mendominasi dalam berbagai jenis pakaian kebesaran, seperti pakaian kerajaan, busana pengantin, hingga pakaian batik tradisional.
Sedangkan arti warna coklat secara umum adalah untuk memberikan kesan anggun, elegan dan klasik. Warna Coklat Keemasan melambangkan kestabilan, keamanan, keseimbangan, dan keakraban. Memberikan sensasi teduh kepada siapa saja yang melihatnya. Orang yang suka dengan warna coklat cenderung mempunyai sifat yang ramah,” jelas Suprayogi.
“Selanjutnya, kombinasi kedua warna ini menciptakan kontras visual yang mencolok, menawarkan keseimbangan antara keanggunan dan kesan membumi. Sangat mewakili ciri khas suku Jawa yang terkenal sopan, kalem, santun, ramah, sederhana dan pekerja keras,” pungkasnya. (Agus)