Selasa, Juni 17, 2025

Timpang Tunduk Visual Art Exhibition, UIN Satu Tulungagung Ekspresikan Kondisi Masyarakat Indonesia

TULUNGAGUNG, intensinews.com – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Rupa Sekar Kusir Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU) Tulungagung yang juga mengajak kolaborasi dengan sejumlah komunitas perupa di Tulungagung menggelar Pameran Seni Rupa, bertempat di Balai Budaya Pendopo Jayeng Kusumo UPT TB2KS Kabupaten Tulungagung. Pameran dimulai tanggal 30 Agustus hingga 3 September 2023.

Pameran Seni Rupa dengan tema “Timpang Tunduk” ini dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah UIN SATU Tulungagung dalam rangka menyemarakkan HUT Kemerdekaan ke – 78 Republik Indonesia.

Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Rupa Sekar Kusir UIN SATU Tulungagung, Norma Fadhilla Khoirun Nisa, saat diwawancara awak media.

Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Rupa Sekar Kusir UIN SATU Tulungagung, Norma Fadhilla Khoirun Nisa menyampaikan, pameran seni rupa ini memilih “Timpang Tunduk” sebagai tajuk. Ia menjelaskan bahwa arti Timpang merupakan suatu keadaan yang tidak seimbang, tidak adil, menguntungkan satu pihak, dan menindas pihak lainnya. Sedangkan Tunduk adalah patuh, selalu kalah, dan menyerah.

Baca Juga  Polres Tulungagung Klarifikasi Insiden Kecelakaan di Desa Tanjungsari yang Viral di Media Sosial  

“Dua kata ini menjadi frasa yang merepresentasikan pembacaan kami pada realitas hari ini. Dimana masyarakat sudah menganggap ketimpangan ini sebagai hal yang lumrah karena perlawanan bagi mereka merupakan hal yang sia-sia,” ucap Norma Fadhilla saat diwawancarai awak media intensinews.com, Minggu (3/9/2023).

Menurut mahasiswi semester 7 program studi Ilmu Alquran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah yang akrab disapa Dilla ini, arti kemerdekaan adalah keadaan yang berdiri sendiri, bebas, lepas, dan tidak terjajah.

Selama 78 tahun Indonesia merdeka, lanjut Dilla. Pembangunan infrastruktur, pemerataan pendidikan, penguatan ekonomi, hingga pengentasan kesenjangan sosial sudah pernah digencarkan. Namun nyatanya, ketimpangan, kesenjangan, dan diskriminasi masih banyak dan sering terjadi di masyarakat.

“Hukum yang tumpul ke atas tajam ke bawah, menyebabkan masyarakat yang menjadi korban hingga perlakuan para oknum birokrat yang sewenang-wenang seakan-akan membuat kita terbiasa,” ungkapnya.

Baca Juga  Videonya Sempat Viral di Medsos, Pelaku Begal Payudara Diamankan Satreskrim Polres Tulungagung

“Jika benar negara kita menganut demokrasi, maka kekuatan berada di rakyat. Alih-alih tunduk dan menerima begitu saja, kita memiliki kemampuan untuk melawan berbagai ketimpangan tersebut,” tegasnya.

Lalu, dengan maraknya problematika yang terus terjadi dan diabaikan, Dilla pun bertanya-tanya apakah masih bisa dikatakan bahwa Indonesia merdeka?!. Padahal, kemerdekaan yang sesungguhnya tercantum pada sila kelima falsafah negara Indonesia, berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

“Sebaliknya daripada melihat masalah ketimpangan yang besar, lebih baik kita fokus pada ketimpangan yang lebih kecil,” ucapnya.

Ia pun mencontohnya, ketika para bos tidak sadar dan membiarkan pekerjanya lapar saat bekerja. Atau mengambil uang yang sebenarnya tidak halal dan seharusnya diberikan kepada para pekerja. Menurutnya ketidakpedulian tim kerja juga bisa menyebabkan ketimpangan baru. Memang sangat disayangkan, meskipun begitu, harus siap menghadapinya.

Baca Juga  Polri Lestarikan Negeri, Polres Tulungagung Giat Tanam Pohon Serentak
Pameran Seni Rupa di Balai Budaya Pendopo Jayeng Kusumo UPT TB2KS Kabupaten Tulungagung.

Dilla menjelaskan, bahwa kegiatan acara Visual Art Exhibition, pihaknya berkolaborasi dengan perupa Tulungagung dan beberapa komunitas seniman di Tulungagung serta perupa, seniman dari luar Kabupaten yakni dari Blitar, Kediri, Trenggalek untuk ikut berpartisipasi mengirimkan karyanya dan yang paling jauh dari Surakarta dan juga Bandung Jawa Barat.

Untuk itu pihaknya mengajak para pegiat seni untuk merespons persoalan ketimpangan ini. Mengekspresikan kondisi masyarakat Indonesia yang katanya sudah “merdeka” melalui beragam karya seni. Sembari mempromosikan seni rupa yang terus berkembang, mendukung pertumbuhan seniman lokal, dan merangsang refleksi serta dialog antara seniman dan masyarakat umum.

“Melalui pameran ini, kami berharap dapat meningkatkan apresiasi seni rupa, memperkaya budaya lokal, mendorong kreativitas dan inovasi, memfasilitasi kolaborasi dan jaringan antar-seniman, serta menginspirasi perubahan sosial positif,” pungkasnya. (Prn)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Berita Terbaru