Selasa, Juni 17, 2025

Kesenian Tari Reyog Kendang Tulungagung

Penulis: Ny. Yuyun Handayani, Sanggar Dhodhog Sadjiwo Jati Tulungagung

Tulungagung – intensinews.com, Tari reyog kendang Tulungagung merupakan salah satu kesenian khas dari Kabupaten Tulungagung. Penamaan tari ini diawali dari kata “Reyog” yang berasal dari bahasa Jawa yakni kata “Riyeg” yang menggambarkan kata riuh riang gembira para prajurit walaupun mereka dalam keadaan lelah.

Kata “Kendang” merupakan ciri khas yang menjadi pembeda dengan tari reog Ponorogo, sedangkan kata “Tulungagung” digunakan sebagai daerah asal tarian ini. Penamaan tari “Reyog Kendang Tulungagung” dipilih dan digunakan sebagai media publikasi kepada khalayak luar bahwa Kabupaten Tulungagung memiliki kesenian khas berupa tari tradisional daerah Tulungagung.

Tari Reyog Kendang Tulungagung disajikan secara berkelompok oleh enam orang penari yang menari sembari menabuh atau memukul kendang dengan irama yang berbeda-beda dan diiringi alat musik gamelan berupa kenong, gong, dan terompet, sehingga menciptakan suatu tarian yang unik, enerjik, dinamis, dan harmonis.

Tarian ini merupakan salah satu budaya kekayaan Nusantara yang perlu dilestarikan kearifannya. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dan generasi muda akan pentingnya mempelajari dan melestarikan kebudayaan daerah tersebut.

Pelaksanaan pelatihan kesenian dengan kearifan lokal kabupaten Tulungagung, diharapkan mampu menjadi upaya dalam melestarikan kesenian daerah dan dapat menjadi jembatan ilmu pengetahuan terkait kekayaan budaya yang sangat beragam di Indonesia.

Legenda Kesenian Reyog Kendang Tulungagung

Legenda Kesenian Reyog Kendang Tulungagung berawal dari keberadaan putri dari kerajaan Kediri yaitu Dewi Kilisuci. Dewi Kilisuci merupakan putri dengan kecantikan menawan, dan membuat banyak raja dan pangeran terpesona, salah satunya adalah Lembu Suro.

Lembu Suro memberikan perintah kepada prajuritnya untuk menyampaikan maksud lamarannya kepada Dewi Kilisuci. Sesampainya di kerajaan Kediri, prajurit menyampaikan titah dari Lembu Suro untuk melamar Dewi Kilisuci. Namun, Dewi Kilisuci mau menerima lamaran dengan beberapa syarat yang disampaikan dengan bahasa kiasan (teka-teki) yaitu:

* Mata ayam Tulung lembarnya sebesar terbang miring digantung di gubug penceng
* Seruling pohon padi sebesar batang kelapa
* Dendeng tumo sak tetelan pulut (Jadah)
* Ati Tengku sebesar guling
* Madu lancing enam bumbung
* Binggel emas bisa berbunyi sendiri

Keenam persyaratan tersebut membuat para prajurit kebingungan, karena mereka telah berjanji kepada Lembu Suro bahwa tidak akan kembali pulang sebelum memboyong Dewi Kilisuci.
Maka dari itu, datanglah para prajurit ke Tulungagung untuk mencari arti dari teka-teki, sekaligus membuatkan barang yang dikiasakan, yang disyaratkan Dewi Kilisuci yakni :

* Mata ayam Tulung lembarnya sebesar terbang miring digantung di gubug penceng, berarti gong kempul yang digantung pada gayornya.
* Seruling pohon padi sebesar batang kelapa, berarti selompret.
* Dendeng tumo sak tetelan pulut (Jadah) berarti kenong.
* Ati Tengku sebesar guling, berarti Iker.
* Madu lancing enam bumbung, berarti dhodhog enam buah.
* Binggel emas bisa berbunyi sendiri, berarti Gongseng.

Setelah barang-barang tercipta, para prajurit mengantarkannya kepada Dewi Kilisuci dengan berjalan membentuk formasi barisan (terciptalah gerak baris).

Sebelum diserahkan kepada Dewi Kilisuci, para prajurit berdoa dan bersemedi memohon kemudahan dan kelancaran kepada Sang Pencipta (terciptalah gerak bumi langit). Semedi dilakukan dengan menghentakkan kaki ke tanah (terciptalah gerak gejoh bumi).

Seusai semedi, para prajurit mengantarkan barang-barang persyaratan (bebana) dan terciptalah gerak menthokkan.

Setelah menyampaikan barang-barang, para prajurit mungkur (mundur)
(terciptalah gerak patettan). Ketika pemeriksaan barang-barang, para prajurit melingkar menyaksikan (terciptalah gerak lilingan).

Seusai barang-barang diterima, para prajurit kaget (terciptalah gerak midak kecik) dan gembira (terciptalah gerak andul).

Namun, Dewi Kilisuci melakukan tipu muslihat untuk tidak menepati janji menerima lamaran Lembu
Suro dengan menciptaan replika tubuhnya yang melesat ke arah sumur sebagai alibi (terciptalah gerak ngongak sumur). Hal tersebut membuat para prajurit kaget (terciptalah
gerak kejang jinjit), dan berbalik pulang (terciptalah gerakan gembyangan) dengan tangan hampa dan kekecewaan (gerak baris lagi).

Baca Juga  Polres Tulungagung Gelar Rakor Lintas Sektoral Operasi Lilin 2024

Tata Musik
a. Alat Musik

Tari Reyog Kendang Tulungagung memiliki ciri khas yang membedakan tarian ini berbeda dengan tarian lainnya, yaitu penari memainkan alat musik berupa kendang atau
biasa disebut “dhodhog” secara mandiri.

Berikut merupakan beberapa alat musik yang digunakan dalam seni pertunjukkan tari Reyog Kendang Tulungagung yaitu:

1. Dhodhog

Dhodhog merupakan alat musik sejenis kendang yang terbuat dari kulit
kambing betina dan kayu nangka yang dipahat sedemikian rupa sehingga
menghasilkan sumber bunyi yang senada. Berdasarkan jenis dan teknik pukulnya, dhodhog terbagi menjadi 6 jenis, yaitu :

* Dhodhog kerep : dipukul menggunakan telapak tangan

* Dhodhog arang : dipukul menggunakan telapak tangan.

* Dhodhog imbal  I : dipukul menggunakan ujung telapak tangan

* Dhodhog imbal  II : dipukul menggunakan ujung telapak tangan
* Dhodhog keplak : dipukul menggunakan ujung telapak tangan.
* Dhodhog trunthung : dipukul menggunakan tongkat yang bernama
“trunthung”

2. Kenong

Kenong merupakan alat musik yang terbuat dari kuningan/perunggu yang
berbentuk cembung dengan bentuk cekungan ½ bulatan di atasnya. Alat ini biasa diletakkan pada kotak kayu bernama “pangkon” dan beralaskan tali agar tidak menghambat getaran kenong ketika sedang dimainkan.

Alat musik ini dimainkan
dengan cara dipukul menggunakan tongkat khusus pada bagian cekungan atau benjolan kenong. Kenong yang biasa digunakan adalah kenong dengan nada 5 slendro sebanyak 1 buah.

Kenong berfungsi sebagai alat musik pengiring dan pengatur tempo gerakan pada tari Reyog Kendang Tulungagung.

3. Gong

Gong merupakan alat musik yang terbuat dari kuningan/perunggu yang
berbentuk cembung dengan bentuk cekungan ½ bulatan di atasnya dengan ukuran 3x lipat lebih besar dari ukuran kenong dan posisinya digantung pada tiang penyangga yang disebut gayor.

Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan
tongkat khusus pada bagian cekungan atau benjolan gong. Gong yang biasa
digunakan adalah gong dengan nada 5 slendro sebanyak 1 buah.

Gong berfungsi sebagai alat musik pengiring dan pengatur tempo gerakan pada tari Reyog Kendang Tulungagung.

4. Slompret

Slompret adalah alat musik menyerupai suling berbahan kayu yang dipahat
membentuk ruang suara yang memanjang dengan nada berbeda. Alat ini dimainkan dengan cara ditiup.

Slompret berfungsi sebagai alat musik pengiring dan dapat diikuti
dengan iringan gending atau lagu yang dapat menambah irama dinamis dan semangat pada tari Reyog Kendang Tulungagung.

Tata Gerak/Tari

Tari Reyog Kendang Tulungagung memiliki beberapa gerakan yang menjadi gerak “pakem” atau baku yang menjadi ciri khas dari tarian ini.

Seluruh gerakan tari diawali dengan kaki kanan yang seirama dengan tempo/ritme pukulan kenong.

Baca Juga  KJJT Gelar Diskusi, Untuk Tingkatkan Kualitas Jurnalis Sebagai Fungsi Kontrol Demi Kemajuan Banyuwangi

Berikut merupakan
gerakan “pakem” dalam tari Reyog Kendhang Tulungagung yaitu:

1. Gerak baris : Gerakan yang menggambarkan prajurit berbaris. Gerakan ini dilakukan membentuk garis lurus dan menghentakkan kaki
selayaknya prajurit berbaris dengan dhodhog kerep berada di barisan paling depan dan dilakukan dengan irama tabuhan kendang seperti drum band.

Gerakan ini dilakukan pada saat
berjalan masuk dan keluar area pementasan.

2. Gerak menthokkan

Gerakan ini menggambarkan gerakan hormat menyerahkan barang-barang (bebana). Gerakan ini dilakukan dengan
merendahkan badan dengan cara melipat kedua lutut dan bertumpu pada telapak kaki tanpa pantat menjejak pada tanah selayaknya orang sedang berjongkok sembari berjalan dan menggoyang-goyangkan pinggul selayaknya hewan menthok/itik berjalan.

3. Gerak patettan

Gerakan ini menggambarkan sifat sopan dan santun terhadap sesama. Gerakan ini hampir sama dengan gerakan menthokkan, namun posisi kaki kanan dibuka (sesuai irama kenong) dan
ditutup (sesuai irama gong).

4. Gerak kejang

Gerakan ini menggambarkan prajurit yang tidak sampai melihat
sumur yang begitu dalam, dengan makna sebagai manusia kita harus selalu memikirkan sesuatu sebelum bertindak agar tidak menyesal di kemudian hari.

Gerakan ini dilakukan dengan
mengangkat tumit dan menegakkan badan sembari berjalan kecil selayaknya orang kejang atau robot.

5. Gerak lilingan

Gerakan ini menggambarkan prajurit yang menyaksikan barang-barang yang diperiksa oleh Dewi Kilisuci, dan memiliki makna sebagai manusia kita harus saling menghargai dan mengingatkan walaupun berjalan berbeda arah agar tidak saling
bersinggungan.

Gerakan ini dilakukan secara berpasangan sembari “ngeliling” atau menyapa pasangan dengan posisi kaki
terbuka dan dilipat seperti kuda-kuda.

6. Gerak ngongak sumur

Gerakan ini menggambarkan prajurit yang melihat alibi Dewi Kilisuci ke dalam sumur, yang bermakna kita tidak boleh
percaya dengan hal yang belum pasti tanpa melihat kebenarannya.

Gerakan ini dilakukan dengan gerakan kaki ke depan sembari pandangan ke bawah dan kaki ke belakang sembari pandangan ke atas.

7. Gerak gejoh bumi

Gerakan ini menggambarkan prajurit yang berterimakasih kepada Yang Maha Esa karena bebana telah diterima oleh Dewi Kilisuci, yang bermakna kita harus senantiasa bersyukur dan selalu meminta kepada Yang Maha Esa.

Gerakan ini dilakukan dengan posisi badan sedikit membungkuk, kaki kanan ke depan menapak datar, sedangkan kaki kiri tepat di belakang kaki kanan dengan tumit diangkat sembari diangkat dan dijatuhkan pada posisi yang sama sesuai irama tabuhan.

8. Gerak midak kecik

Gerakan ini menggambarkan kebahagiaan prajurit ketika
bebana telah diterima oleh Dewi Kilisuci, yang bermakna setiap tujuan baik pasti selalu ada cobaan untuk mencapainya.

Gerakan ini dilakukan dengan menarik ujung kaki ke arah kiri lalu diakhiri dengan tumit.

9. Gerak sundangan

Gerakan ini menggambarkan permohonan kepada Sang Pencipta agar bebana diterima oleh Dewi Kilisuci, yang
bermakna kita harus senantiasa mengingat Sang Pencipta yang telah memberi kehidupan kepada kita.

Gerakan ini dilakukan dengan merendahkan badan kearah samping dengan kaki dibuka dan dilipat sembari kepala menengok ke arah bahu dan
memandang bawah ketika kaki kanan bergerak, dan memandang kiri ketika kaki kiri bergerak.

10. Gerak andul

Gerakan ini menggambarkan kebahagiaan para prajurit atas
alibi penerimaan lamaran Lembu Suro, yang bermakna sebagai manusia kita harus mengambil jalan yang benar dan menjauhi jalan yang salah.

Baca Juga  Operasi Gabungan Satpol PP Provinsi Jawa Timur Bersama Satpol PP Tulungagung Sisir ke Sejumlah Tempat Hiburan Malam

Gerakan ini dilakukan dengan mengangkat dan mengayunkan kaki kanan, sehingga tumpuan berada pada kaki kiri.

11. Gerak gembyangan

Gerakan ini menggambarkan kekecewaan prajurit yang telah
dibohongi oleh Dewi Kilisuci.

Gerakan ini dilakukan dengan
mengayunkan kaki kanan ke arah kiri dan kanan dengan kaki kanan sebagai tumpuan gerakan.

12. Gerak bumi langit

Gerakan ini menggambarkan para prajurit berdoa dan bersemedi
memohon kemudahan dan kelancaran kepada Sang Pencipta

Tata Busana Tari

1. Kostum bagian kepala

* Udheng/ikat kepala

Ikat kepala berbentuk segitiga yang terbuat dari kain batik bermotif
gadung warna hitam.

Cara pemakaiannya diikat di kepala dengan sudut tengah udheng diletakkan di dahi, kedua ujung ditarik ke
depan kemudian melingkar dengan ikatan di belakang kepala, selanjutnya bagian samping kanan dan kiri ditarik ke atas menyerupai tanduk. Melambangkan tali persatuan dan kesatuan

* Guling / iker

Bulatan panjang dari kain warna merah putih yang dibentuk melingkar di luar udheng dengan ujung menyilang di samping kiri. Guling/golong (Gumolong): bersatu, Merah : berani; putih : suci; garuda/jatayu: kekokohan

* Sumping

Aksesoris yang terbuat dari kulit kambing betina dengan hiasan manik-manik seperti perhiasan anting.Melambangkan penampungan aspirasi

2. Kostum bagian badan

* Baju

Baju lengan panjang dengan krah model Cina dengan warna kain sesuai kreasi (biasanya warna kain putih) Melambangkan pribadi yang suci

* Celana

Celana berwarna hitam dengan panjang sebatas lutut. Melambangkan
Pandai-pandai menyimpan rahasia.

* Jarik

Kain panjang bermotif batik parang yang digunakan dengan cara dilipat dua memanjang dan bagian pinggir lipatan di atas, kain dililitkan pada bagian pinggang hingga bawah pantat dan ujungnya dibuat menggelantung di bawah depan tengah, yang melambangkan kejujuran.

* Stagen

Kain panjang yang digunakan untuk pengikat jarik, melambangkan kepihatinan

* Sabuk/timang

Ikat pinggang yang terbuat dari bludru dan digunakan di luar stagen. Melambangkan ikatan tali persaudaraan.

* Kace

Kalung dari bahan bludru yang menyerupai bulan sabit dengan hiasan manik-manik. Melambangkan kejelasan (lugas)

* Ter

Semacam tanda kepangkatan yang digunakan di pundak kanan dan kiri.
Melambangkan identitas prajurit

* Srempang

Aksesoris yang terbuat dari bludru dan disulam dengan manik-manik yang dipakai dengan cara melintangkan
srempang dari pundak kiri dan ujungnya di pinggul kanan. Melambangkan jati diri

* Boro-boro

Aksesoris dari bludru dengan hiasan manik-manik yang berjumlah dua buah dan dipasang di depan paha kanan dan
kiri. Melambangan keseimbangan

* Sampur

Selendang yang berjumlah dua buah dan dipasang di bagian kanan dan kiri depan pinggang lalu diikatkan pada sabuk
yang dibuat menggelantung ke depan dan ke belakang. Melambangkan kesempurnaan

* Keris

Senjata yang dipasang di bagian belakang dengan cara disisipkan pada stagen dengan posisi bagian atas condong ke arah kanan. Melambangkan senjata/pusaka para prajurit

3. Kostum bagian tangan

* Deker : Aksesori yang terbuat dari bludru dengan hiasan manik-manik dan
dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

4. Kostum bagian kaki

* Kaos kaki : Kaos kaki panjang berwarna putih.

* Gongseng/klinthing : Aksesoris berupa rangkaian lonceng kecil yang dipakai pada pergelangan kaki kanan.
Melambangkan keserasian.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Berita Terbaru